2.4
Sistem Rangka Aves (Burung)
2.4.1
Struktur Histologis
Struktur
rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya pada bagian kolumna vertebralis
atau tulang belakang. Vertebra pada burung (misalnya burung dara) dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis
terakhir (posterior), vertebra lumbalis, vertebra sakralis dan vertebra
kaudalis anterior. Keempat vertebra tersebut bersatu membentuk sinsakrum
(Mutiara, 2011).
Tidak hanya
pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi menjadi lebar dan
kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi untuk perlekatan
otot-otot pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk terbang. Rusuk
sterna (rusuk ventral) pada aves tersusun dari jaringan tulang rawan (Rani,
2012).
Pada aves
terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar gelang pektoral
yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan), meliputi
korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan ikat),
yaitu klavikula. Pada aves yang dapat terbang, kedua klavikula bersatu dibagian
tengah dengan interklavikula, membentuk furkula yang berbentuk huruf V. Bagian
ujung furkula dilekatkan dengan sternum oleh suatu ligamen. Aves memiliki
korakoid sepasang, kokoh, dan bersendian dengan sternum, sedangkan skapula
tersusun sepasang, panjang, dan bersendian dengan kosta (Mutiara, 2011).
2.4.2
Struktur Anatomi
Kerangka
burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut sangat ringan, namun
cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang, dan mendarat.
Salah satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang
dalam osifikasi
tunggal. Hal ini membuat burung memiliki jumlah tulang yang sedikit dibanding vertebrata lain yang hidup di
darat. Burung juga tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki paruh yang
lebih ringan. Paruh pada anak burung memiliki "gigi telur" yang
digunakan untuk membantu keluar dari cangkang telur (Mutiara,
2011).
Burung
memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk menambah
kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antarspesies, meskipun burung yang
terbang dengan melayang atau melambung cenderung memiliki tulang berongga yang
lebih banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan sering membentuk
kantung-kantung udara dalam tulang semi berongga pada kerangka burung. Beberapa
burung yang tidak mampu terbang seperti penguin atau burung unta
hanya memiliki tulang yang padat, hal ini membuktikan hubungan antara kemampuan
terbang burung dengan adaptasi pada sistem rongga pada tulang (Rani, 2012).
Rangka aves
terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial yang tersusun
atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus (badan),
dan kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves
tersusun atas extremitas (tulang-tulang anggota gerak).
Pada bagian
caput terdapat tulang-tulang tengkorak kepala yang terdiri dari beberapa
tulang, yaitu rostum (paruh), cranium (tulang kotak otak), nares (lubang
hidung), dan tulang rongga mata. (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
Rostum terdiri dari 2 bagian, yaitu os premaksila
(paruh bagian atas yang langsung berhubungan dengan nares) dan mandibula (paruh bawah). Kranium terdiri dari os frontal (tengkorak bagian atas), os parietal, dan os oksipital. Tengkorak
burung normal biasanya beratnya sekitar 1% dari berat badan keseluruhan burung.
Mata burung menempati sebagian besar tengkorak dan dikelilingi oleh cincin
mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi mata.
Sistem
tulang belakang (kolumna vertebralis) aves dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
vertebra servikalis (leher),
vertebra torakalis (bagian badan), synsacrum
(menyatu pada tulang punggung, juga menyatu pada pinggul), vertebra kaudalis
(ekor), dan pygostyle (ujung
ekor). Ruas pertama pada vertebra servikalis disebut tulang atlas, sedangkan
ruas kedua disebut tulang aksis. Burung memiliki tulang leher (bagian
collum/cervix) yang lebih banyak dibanding binatang lainnya. Kebanyakan burung
memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang terdiri dari 13 - 25 tulang.
Pada
bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum anterior/
cinglum pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang frucula (tulang
garpu), korakoid (tulang leher), dan skapula (tulang belikat). Ketiga tulang
tersebut bersama-sama membentuk pektoral
korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang
dada (Hasan, 2012). Frucula
berfungsi sebagai penopang otot
pada saat terbang, atau serupa pada penguin untuk menopang otot
pada saat berenang. Adaptasi ini tidak dimiliki oleh burung yang tidak bisa
terbang seperti burung unta. Menurut catatan,
burung perenang memiliki tulang dada yang lebar, burung yang berjalan memiliki
tulang dada yang panjang atau tinggi, sementara burung yang terbang memiliki
tulang dada yang panjang dan tingginya mendekati sama (Mutiara,
2011).
Burung
memiliki bengkokan
tulang rusuk yang merupakan perpanjangan tulang yang
membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling
bertumpang tindih. Fitur ini juga ditemukan pada Sphenodon. Sphenodon juga memiliki tulang panggul tetradiate yang memanjang seperti
pada beberapa reptil. Sphenodon
memiliki tengkorak diapsid seperti pada reptil dengan lekukan air mata.
Tengkoraknya memiliki oksipital kondilus tunggal (Hasan, 2012).
Pada bagian
kosta (tulang-tulang iga) terdapat kosta servikalis yang melekat pada vertebra
servikalis dan kosta torakalis yang melekat pada vertebra torakalis (Staf dosen
Universitas Yogyakarta, 1990).
Extremitas
anterior pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari skapula (tulang belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan atas).
Humerus bergabung dengan radius (tulang pengumpil) dan ulna
(tulang hasta) untuk membentuk siku. Tulang-tulang karpal dan metakarpal membentuk karpometakarpus (Rani, 2012).
Pinggul aves
terdiri dari panggul yang meliputi tiga
tulang utama: Illium (atas
pinggul), iskhium (bagian
posterior), dan pubis (bagian
anterior). Ketiga tulang ini menyatu menjadi satu membentuk tulang innominate. Tulang innominate merupakan evolusi yang
signifikan yang memungkinkan burung untuk bertelur. tulang innominate bertemu di acetabulum (soket pinggul) dan
mengartikulasikan dengan femur (tulang paha), yang merupakan tulang pertama
dari kaki belakang (Hasan, 2012).
Extremitas posterior aves berupa
kaki. Bagian atas terdiri dari os femur (tulang paha). Pada sendi lutut
(patella), femur menghubungkan ke tibiotarsus
(tulang tibia yang bersatu dengan bagian proksimal dari tulang tarsal) dan fibula (sisi tungkai bawah).
Tarsometatarsus (persatuan antara tulang-tulang tarsal bagian distal dengan
metatarsal) membentuk bagian atas kaki aves, serta jari (digiti) yang membentuk
kaki. Tulang kaki burung merupakan tulang yang paling berat, berkontribusi pada
rendahnya titik berat burung. Hal ini membantu dalam penerbangan. Sebuah
kerangka burung terdiri dari hanya sekitar 5% dari total berat badan burung (Rani, 2012).
Struktur rangka Aves dapat dilihat
pada gambar 2.5 di samping.
Gambar 2.5 Kerangka Burung Merpati (Anonim, 2010)
Keterangan
Gambar 2.5.
2. Servikal
vertebralis 11. Fibia 20. Lumbar vertebrae
8. Tarsometatarsus 17. Pygostyle 26. Digiti
9.
Digiti 18.
Synsacrum 27. Alula
Selain itu, kaki
burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl,
zygodactyl, heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl
merupakan bentuk kaki burung yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan
satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung
penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.
Beberapa burung
memiliki bentuk kaki syndactyl
yakni bentuk kaki yang menyerupai anisodactyl
namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu seperti yang
terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan karakteristik burung
dari ordo Coraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuku)
adalah bentuk kaki burung, dengan dua jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan
3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan 4). Pengaturan ini paling
sering terjadi pada spesies arboreal,
terutama spesies yang naik batang pohon atau memanjat melalui dedaunan. Bentuk
kaki zygodactyl dapat dijumpai
pada burung bayan, burung
pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran, zygodactyl telah ditemukan dari
peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal jaman
kapur), 50 juta tahun sebelum fosil zygodactyl
pertama kali di identifikasikan (Mutiara, 2011).
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya
pada heterodactyl jari 3 dan 4
menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang. Bentuk kaki
seperti ini hanya ditemukan pada trogon, sedangkan pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana keempat jari dapat
menghadap ke depan, atau burung dapat memutar kedua jari belakang. Bentuk kaki
seperti ini merupakan karakteristik dari burung
walet (Hasan, 2012).
Berikut ini gambar
berbagai jenis kaki pada burung.
Gambar
2.6 Jenis kaki Aves (Anonim, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar