Kamis, 09 November 2017

Keanekaragaman Jenis burung di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai



 BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar belakang
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan salah satu kawasan konservasi yang mayoritas masyarakat sekitarnya bergantung pada berbagai potensi sumberdaya alam yang terdapat di dalam kawasan taman nasional.  Sebagai konsekuensi dari keadaan tersebut terjadinya degradasi  keanekaragaman hayati yang cukup serius terutama pada kawasan taman nasional yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.Cukup tingginya tekanan masyarakat terhadap sumberdaya alam dan telah terjadi degradasi keanekaragaman hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, terutama pada kawasan hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk[1].
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan salah satu lokasi pengamatan burung yang penting di kawasan Wallacea. Kawasan ini merupakan suatu paduan yang menarik antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir. Taman Nasional Rawa Aopa Watuhmohai (TNRAW) merupakan kawasan lindung yang memiliki empat ekosistem utama yaitu mangrove, rawa, savanna, dan hutan hujan[2]
Ekosistem mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik Vegetasi mangrove tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menjatuhkan akarnya. Pantai-pantai ini terdapat di sepanjang sisi pulau-pulau yang terlindung dari angin, atau serangkaian pulau atau pada pulau dengan massa daratan di belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung[3].
Mangrove adalah sebutan untuk komunitas tumbuhan pantai yang memiliki adaptasi khusus. Secara ekologis, ekosistem mangrove dapat berfungsi sebagai penahan ombak, angin dan intrusi air laut. Dan tempat perkembang biakan bagi berbagai jenis ikan, udang, kepiting, kerang, siput, dan hewan lainnya.  Hutan mangrove juga merupakan tempat hidup beberapa satwa liar seperti monyet, ular, berang-berang, biawak, dan burung[4].
Berbagai jenis burung, terutama burung air banyak ditemukan di daerah mangrove. Burung air yaitu jenis burung yang hidupnya sangat tergantung pada air, baik untuk mencari makan, berlindung, istirahat, berbiak dan untuk melakukan aktivitas social lainnya. Berbagai jenis burung air berkaki dan berjari panjang, sehingga mudah berjalan di rawa dan di daerah berair lainnya, misalnya jenis burung suku  Rallidae,  Ardeidae,  dan  Ciconiidae. Selain itu ada juga burung darat (Terestrial bird) yang  memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat mencari makan dan bermain  Burung air dan terestrial berperan sebagai indikator kesehatan lahan basah dan lingkungannya[5]. Burung air pada umumnya mencari makan pada kawasan yang memiliki ekosistem gabungan dari tiga jenis perairan yaitu perairan tawar, payau dan laut seperti daerah bakau. Ada juga yang mencari makan di sungai, danau, waduk, rawa pasang surut, dan teluk. Lokasi mencari makan pada burung biasanya dipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh yang dimiliki setiap spesies serta jenis makanan yang disukai[6].
Keberadaan burung air dalam daftar Konvensi Ramsar (1975) dimasukkan sebagai salah satu kriteria penentuan lahan basah dan disebut sebagai jenis kunci (keytone species). Informasi burung terestrial atau inland birds yang  menempati daerah peralihan antara mangrove dengan tipe ekosistem daratan lainnya masih jarang[7].
Pola persebaran merupakan karakter penting dalam suatu komunitas ekologi. Hal ini biasanya yang pertama kali diamati dalam melihat beberapa komunitas dan salah satu sifat dasar dari kebanyakan kelompok organisme hidup. Dua populasi mungkin saja memiliki kepadatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola sebaran spasialnya. Namun informasi mengenai ekologi terutama struktur komunitas dan pola sebaran masih sangat sedikit dan belum dipublikasikan secara umum[8].
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u šcrçŽ|³øtä ÇÌÑÈ  
dan Tidak ada seeekor binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat- umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun Kami luputkan didalam kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan” ( QS. Al-A’nam 6 : 38)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh  informasi tentang kondisi keanekaragaman dan keragaman jenis burung air yang berada di sekitar mangrove TNRAW, terutama pada kawasan taman  nasional yang berinteraksi dengan pemukiman penduduk. Karena TNRAW merupakan tempat jalur imigrasi burung khususnya burung air. Selain itu dijadikan bahan  ajar untuk pelajaran ekologi khususnya keanekaragaman tentang burung.
B.  Rumusan Masalah
1. Menganalisa  keanekaragaman  dan  kelimpahan  jenis  burung  pada  beberapa kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai?
2. Menganalisa  keterkaitan  vegetasi  sebagai  komponen  habitat  dengan  burung yang menghuninya?
C.  Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.    Menganalisa dan memetakan  keanekaragaman  dan  kelimpahan  jenis  burung  pada  beberapa kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
2.    Menganalisa  keterkaitan  vegetasi  sebagai  komponen  habitat  dengan  burung yang menghuninya.

D.  Manfaat
   Setiap kegiatan tentunya diharapkan mempunyai manfaat, maka dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1.      Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyediakan  data dan informasi ilmiah  mengenai  keanekaragaman  jenis  burung  dan  habitatnya,  serta  berguna  bagi  upaya  pelestarian burung air pada kawasan mangrove  di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
2.      Bagi Pembimbing Dapat memberikan pengetahuan, khususnya
menyediakan  data dan informasi ilmiah  mengenai  keanekaragaman  jenis  burung  dan  habitatnya,  serta  berguna  bagi  upaya  pelestarian burung air pada kawasan mangrove  di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.
3.      Bagi Pembaca
Dapat mengetahui gambaran data dan informasi ilmiah  mengenai  keanekaragaman  jenis  burung  dan  habitatnya,  serta  berguna  bagi  upaya  pelestarian burung air pada kawasan mangrove  di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi terbaik untuk menyaksikan keindahan fenomena alam, terutama untuk menyaksikan flora dan fauna endemik, langka, dan dilindungi sehingga keberadaan taman nasional memiliki arti yang sangat strategis dan penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati[9].
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) berada di  Kawasan  Wallacea , dimana daerah ini kaya spesies  flora  dan  fauna  endemik  yang  tidak  dijumpai  pada  Kawasan  Oriental   (Asia)   maupun   Australia.  Sebagian   dari  spesies   endemik   tersebut   berstatus sebagai    spesies    langka    dan    dilindungi    sesuai  Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor  7 1999 tentang   Pengawetan   Jenis   Tumbuhan   dan   Satwa, Analisis risiko Kebakaran Hutan seperti  Anoa,  Babirusa, Maleo, Kus-Kus dan Elang  Sulawesi.
Dalam bidang keanekaragaman hayati, TNRAW juga berperan penting   sebagai lokasi pengawetan berbagai spesies dengan tingkat endemisitas yang  tinggi.  Dalam  kawasan  ini  setidaknya terdapat533 jenis  tumbuhan  dari  110  famili, 73 jenis  tumbuhan diantaranya terdaftar dalam Appendix II CITES Jenis satwa liar yang tercatat sebanyak 321 jenis, meliputi mamalia sebanyak 28 jenis (15 jenis endemik Sulawesi), aves sebanyak 218 jenis (1 jenis  endemik Sulawesi Tenggara, 51 jenis endemik Sulawesi, dan 33 jenis  migran), reptilia sebanyak 11 jenis, pisces sebanyak 28 jenis, amphibia sebanyak 3  jenis  dan lain-lain. Jenis  satwa tersebut  sebagian diantaranya tercatat  dalam  IUCN Red  Data  List dan Appendix II CITES serta dilindungi berdasarkan peraturan perundangan Indonesia[10].
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan salah satu lokasi pengamatan burung yangpenting di kawasan Wallacea.Kawasan ini merupakan suatu paduan yang menarik antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir. Taman Nasional Rawa Aopa Watuhmohai (TNRAW) merupakan kawasan lindung yang memiliki empat ekosistem utama yaitu mangrove, rawa, savanna, dan hutan hujan.[11]
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TN RAW) merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki ekosistem mangrove seluas 6.000 ha Ekosistem mangrove di kawasan TN RAW memiliki keanekaragaman jenis yangtinggi. Jenis vegetasi mangrove tersebut dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu mangrove mayor (Rhizophora, Bruguiera, Soneratia, Nypa dan lain-lain), mangrove minor (Xylocarpus sp, Aegiceras sp dan lain-lain), asosiasi mangrove (Hibiscus sp, Pandanus sp dan lain-lain).

Menurut Rusila tahun 1995 bahwa kawasan hutan mangrove merupakan habitat dari berbagai jenis satwa seperti primata, reptilia dan burung. Jenis burung yang hidup di sekitar mangrove tidak selalu sama dengan jenis-jenis burung yang hidup di daerah hutan sekitarnya karena sifat khas hutan mangrove[12].
Burung merupakan salah satu satwa yang dapat dijumpai di sekitar kawasan mangrove TN RAW. Burung air yaitu jenis burung yang hidupnya sangat tergantung pada air, baik untuk mencari makan, berlindung, istirahat, berbiak dan untuk melakukan aktivitas social lainnya. Berbagai jenis burung air berkaki dan berjari panjang, sehingga mudah berjalan di rawa dan di daerah berair lainnya, misalnya jenis burung suku  Rallidae,  Ardeidae,  dan  Ciconiidae. Selain itu ada juga burung darat (Terestrial bird) yang  memanfaatkan hutan mangrove sebagai tempat mencari makan dan bermain  Burung air dan terestrial berperan sebagai indikator kesehatan lahan basah dan lingkungannya[13].
B.  Burung Air
Burung air adalah jenis burung yang secara ekologis hidupnya sangat tergantung pada lahan basah meliputi rawa, paya, hutan bakau/hutan payau, muara sungai/estuaria, danau, sawah, sungai atau bendungan dan pantai sebagai tempat mencari makan, minum, istirahat dan berlindung, serta berbagai aktifitas yang berhubungan dengan air. Burung air memerlukan habitat untuk mencari makan, minum, berlindung, bermain dan tempat untuk berkembang biak. Apabila keadaan habitat sudah tidak sesuai untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka reaksi yang muncul adalah satwa tersebut akan berpindah mencari tempat lain yang menyediakan kebutuhannya[14].
Keberadaan burung air pada suatu habitat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan, ketinggian dan kualitas air, ketersediaan makanan, tempat berlindung dan bersarang, dan predator.Struktur komunitas burung merefleksikan adanya seleksi habitat, karena burung memiliki kebutuhan spesifik untuk memperoleh makan, bercumbu (courting), kawin (mating), dan aktivitas lainnya.Burung air dapat dijumpai hidup secara soliter maupun berkelompok, umumnya dalam kelompok yang sangat besar dengan jumlah individu banyak.Hal ini merupakan salah satu upaya perlindungan diri pada saat mencari makan.Pembentukan kelompok pada saat makan bertujuan untuk mengusik mangsa yang bersembunyi di dalam lumpur. Sebagian besar burung air adalah penghuni tetap daerah tropis dan subtropis.Komunitas burung air sangat ideal dijadikan indikator bagi perubahan lingkungan dan untuk monitoring kondisi lingkungan pada lahan basah hal ini sangat erat hubungannya dengan kebutuhan spesifik burung air untuk memperoleh makan, berbiak, berpasangan dan aktivitas lainnya[15].
C.   Keanekaragaman Burung
Populasi burung dapat dihitung pada saat burung sedang berkumpul dipohon tempat tidur ataupun bersarang. Perhitungan dapat dilakukan baik saat burung akan tidur dan mencari makan. Karakteristik suatu populasi dibentuk  oleh  interaksi-interaksi antara individu  dengan  lingkungannya  baik dalam skala waktu ekologi maupun evolusioner, dan seleksi alam dapat merubah semua karakteristik tersebut.
Dua karakteristik penting pada populasi manapun adalah kepadatan dan jarak antar individu.  Kelimpahan adalah istilah umum yang digunakan untuk suatu populasi  satwa  dalam  hal  jumlah  yang  sebenarnya  dan  kecenderungan  naik turunnya populasi atau keduanya.  Kelimpahan erat kaitannya dengan distribusi, sehingga   biasanya   kedua   istilah   ini   seringkali   digunakan   bersama-sama.
Burung dapat menempati tipe habitat yang beranekaragam, baik habitat hutan maupun habitat bukan hutan, setiap burung yang hidup di alam membutuhkan dua kebutuhan dasar yaitu bahan dan energi.   Bahan menyediakan media untuk hidup burung, seperti udara dan daratan, sedangkan energi didapatkan burung dari makanan dan energi matahari.
Sebagai komponen habitat burung, pohon dapat berfungsi sebagai cover (tempat berlindung   dari   cuaca   dan   predator,   bersarang,  bermain   beristirahat,   dan mengasuh anak). Selain menyediakan bagian-bagian pohon (daun, bunga, danbuah) suatu pohon dapat berfungsi sebagai habitat (atau niche habitat) berbagai  jenis organisme lain yang merupakan makanan tersedia bagi burung.
Faktor  yang  menentukan  keberadaan  burung  adalah  ketersediaan  makanan, tempat untuk istirahat, bermain, kawin, bersarang, bertengger dan berlindung. Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem dan bentuk areal serta keamanan. Burung merupakan salah satu margasatwa yang terdapat hampir di setiap tempat, tetapi untuk hidupnya memerlukan syarat-syarat tertentu yaitu adanya kondisi  habitat  yang  cocok,  baik,  serta  aman  dari  segala  macam  gangguan. Habitat yang baik harus dapat menyediakan pakan, air, tempat berlindung, tempat beristirahat dan tidur malam, serta tempat untuk berkembangbiak baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas.
Habitat  burung  terbentang  mulai  dari tepi  pantai  hingga  ke  puncak  gunung. Burung yang memiliki habitat khusus di tepi pantai tidak dapat hidup di pegunungan dan sebaliknya.   Namun ada pula spesies burung-burung generalis yang dapat dijumpai di beberapa habitat.  Misalnya burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster) yang dapat dijumpai pada habitat bakau hingga pinggiran hutan dataran rendah.
Tipe habitat utama pada jenis burung sangat berhubungan dengan kebutuhan hidup dan aktivitas hariannya.  Tipe burung terdiri dari tipe burung hutan (forest birds), burung hutan kayu terbuka (open woodland birds), burung lahan budidaya (cultivated   birds),   burung   pekarangan   rumah   (rural   area   birds),   burung pemangsa (raptor birds) dan burung air atau perairan (water birds).
Menurut komposisinya di alam, habitat satwa liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu:
1. Komponen biotik meliputi: vegetasi, satwaliar, dan organisme  mikro.
2. Komponen fisik meliputi: air, tanah, iklim, topografi, dll.
3. Komponen  kimia,  meliputi  seluruh  unsur  kimia  yang  terkandung  dalam komponen biotik maupun komponen fisik.
Secara fungsional, seluruh komponen habitat di atas menyediakan pakan, air dan tempat berlindung bagi satwa liar burung.   Jumlah dan kualitas ketiga sumber daya fungsional tersebut akan membatasi kemampuan habitat untuk mendukung populasi satwa liar.  Komponen fisik habitat (iklim, topografi, tanah dan air) akan menentukan kondisi fisik habitat yang merupakan faktor pembatas bagi ketersediaan komponen biotik di habitat tersebut




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Lokasi plot penelitian didasarkan pada tipe habitat yang ada di TNRAW. Pengamatan dilakukan di habitat yaitu hutan pantai, hutan manggrove dan padang rumput. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei–1 April 2018. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi (pukul 06.00-09.00 WITA) dan sore hari (pukul 15.00-17.00 WITA).
B.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Binokuler, digunakan untuk membantu melihat objek  lebih jelas.
2.      Jam (Pengukur waktu), digunakan untuk mengetahui waktu perjumpaan dengan satwa.
3.      Kamera digital, digunakan untuk mengambil gambar objek dan habitatnya.
4.      Tape Recorder , digunakan untuk merekam suara dari objek.
5.      Global Positioning System (GPS), digunakan untuk menentukan titik-titik jalur pengamatan.
6.      Kompas, digunakan untuk menentukan arah jalur dalam analisis vegetasi.
7.      Meteran untuk mengukur panjang jalur pengamatan.
8.      Pita keliling, digunakan untuk mengukur diameter pohon.
9.      Peta TN Rawa Aopa Watumohai, digunakan untuk menentukan lokasi dan jalur pengamatan, serta mendukung data informasi mengenai kondisi habitat.
Bahan yang digunakan :
1.    Buku Panduan Lapang: Seri Panduan Lapang Burung -burung Sumatera,
Kalimantan, Jawa dan Bali, MacKinnon, 1998.
2.      Tabel  tally sheet dan alat tulis.
C.  Jenis Data
  No 7 tahun 1999, status IUCN , dan status perdagangannya menurut CITES. Data habitat yang diambil yaitu komposisi, struktur, profil vegetasi dan analisis vegetasi habitat.

DAFTAR PUSTAKA
Elfidasari, D,. 2010. Pengaruh Perbedaan Lokasi Mencari Makan Terhadap Keragaman Mangsa Tiga Jenis Kuntul Di Cagar Alam Pulau Dua S erang: Casmerodius Albus, Egretta Garzetta, Bubulcus Ibis. Makara Journal Of Science Volume 9 Nomor 1 : 7-12
Firdaus, Putri Ayu Jannatul, And Aunurohim .2015. Pola Persebaran Burung Pantai Di Wonorejo, Surabaya Sebagai Kawasan Important Bird Area (Iba). Jurnal Sains Dan Seni Its  Volume 4 Nomor 1 : E15-E18.
Khalid Riefani M dan Arief Soenjoto M. 2013. Keragaman Burung Air Di Kawasan NPLCT  Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan Kotabaru Kalimantan Selatan. Prosiding seminar nasional Pendidikan Biologi dan Biologi Universitas Negeri yogyakarta.
Jamili, Analuddin Dan Amnawati, W, O. 2016. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Hutan Mangrove Di Kawasan Sungai Lanowulu Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggaradiversity Of Birds At The Mangrove Forest Of Lanowulu River, Rawa Aopa Watumohai National Park Southeast Sulawesi. Jurnal Biowallacea, Volume 1 Nomor 2 : 71-81.
Jamili, J., & Analuddin, A. 2015. Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon Maleo) Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara. Jurnal Biowallacea Volume 2 Nomor 1 :182-195.
Jumilawati Erni, et al,, 2011. Keanekaragamn burung Air di Bagan Percut  Deli Serdang Sumatra Utara,  Media Konservasi Volume 16 Nomor 3 : 108-113.
Putri, Indra A.S.L.P., And Merryana Kiding Allo. 2016. Degradasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam  Volume 6 Nomor 2 : 169-194.
Qiptiyah Mariyatul, et al.  2013. Keragaman Jenis Burung pada Kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Volume 2 Nomor 1 : 41-50.
Saifullah, S., & Harahap, N. 2013. Strategi Pengembangan Wista Mangrove Di “Blok Bedul” Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Journal Of Indonesian Tourism And Development Studies Volume 1 Nomor 2 : 79-86.
  Sawitri, R., & Iskandar, S. (2012). Keragaman Jenis Burung Di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam,  Volume 9 Nomor 2 :175-187.
Sugiarto Dwi putro, et al,. 2013. Analisis Resiko Kebakaran Hutan Dan Lahan  Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Dengan Pemanfaatan Pemodelan Spasial Globe volume 15 Nomor 2 : 68-76.
Wardhani, M. K. (2011). Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal Of Marine Science And Technology Volume 4 Nomor 1 : 60-76.


[1] Putri, I.A. dan Allo, M.K (Degradasi Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam) . 2016. hlm 169.
[2] Jamili, et al,(Studi Karakteristik Mikro-Habitat Burung Maleo (Macrocephalon Maleo) Pada Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa  Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara. Biowallacea )  2015. Hlm 183.
[3] Wardhani, Maulinna Kusumo.( Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata Jurnal Kelautan: Indonesian Journal Of Marine Science And Technology ) 2011.  hlm 60.
[4] Saifullah, Nuddin Harahap. (Strategi Pengembangan  Wista Mangrove Di “Blok Bedul” Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies ) 2013.  hlm 80.

[5] Jamili, et al,. (Keanekaragaman Jenis Burung Pada Hutan Mangrove Di Kawasan Sungai Lanowulu Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Sulawesi Tenggara. BioWallacea) 2014.  Hlm  72.
[6] Dewi Elfidasari. (Pengaruh Perbedaan Lokasi Mencari Makan Terhadap Keragaman Mangsa Tiga Jenis Kuntul Di Cagar Alam Pulau Dua Serang: Casmerodius Albus, Egretta Garzetta, Bubulcus Ibis. Makara Sains) 2005. Hlm 7-8.
[7] Reny Sawitri and Sofian Iskandar. ( keragaman jenis burung di taman nasional kepulauan wakatobi dan taman nasional kepulauan seribu. Jurnal penelitian Hutan dan Konservasi Alam) . 2012.  hlm 176.
[8] Putri Ayu Jannatul Firdaus dan Aunurohim. (Pola Persebaran Burung Pantai di Wonorejo,Surabaya sebagai Kawasan Important Bird Area (IBA). Jurnal Sains dan Seni ITS) 2015 hlm 15.
[9]  Putri Indra A.S..L.P,. Loc Cit.
[10] Sugiarto Dwi putro et al., Analisis Resiko Kebakaran Hutan Dan Lahan  Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Dengan Pemanfaatan Pemodelan Spasial. Globe ,2013. Hlm  68-69.


[11] Jamili et al,.  Studi Karekterisktik Makro..., loc cit.
[12] Qiptiyah Mariyatul. et al., Keragaman Jenis Burung pada Kawasan mangrove di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2013, hlm. 41-42.
[13] Jamili, et al., Keanekaragaman Jenis Burung...,  Loc Cit.
[14] Jumilawati Erni, et al,. Keanekaragamn burung Air di Bagan Percut  Deli Serdang Sumatra Utara,  Media Konserrvasi. 2011 hlm 108.
[15]Khalid Riefani M dan Arief Soenjoto M. Keragaman Burung Air Di Kawasan NPLCT  Arutmin Indonesia Tanjung Pemancingan Kotabaru Kalimantan Selatan. Prosiding nasional. 2013. hlm. 182.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar